Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

Kerinduan akan sosok dirinya (part 1)

Gambar
Pada malam hari saat aku sedang berjalan dengan salah seorang temanku yang bernama Siti, dan dia mengenalkanku pada seorang temannya yang bernama Vicky, kami pun kenalan lewat dunia maya. Dia orangnya baik dan nyaman untuk diajak bicara , cuma melalui dunia maya . Saat malam hari dia mengajakku bertemu, tapi aku menolaknya karena sudah larut malam pada saat itu. Tapi dia tetap memaksa ingin bertemu, tapi aku bilang besok saat aku pulang sekolah aku ingin bertemu dengannya, diapun menjawab “iya “. hari sudah larut malam akupun tidur . Triiiiiing … trinngg suara alarm berbunyi tandanya aku harus bangun, dan adzan pun berkumandang, Vicky pun membangunkanku untuk menyuruhku shalat, akupun mengambil air wudhu dan aku pun shalat. Saat paginya aku siap siap untuk berangkat sekolah. Pagi itu aku semangat karena seusai pulang sekolah aku akan bertemu dengan Vicky. Aku menunggu bel pulang. Akhirnya teeett teeett.. bel pulangpun berbunyi dan aku bergegas pulang karna tak sabar ingin b

Kerinduan akan sosok dirinya (part 2/the end)

Keesokan harinya aku kerumah Vicky. Aku ingin minta penjelasan dari dia tentang kejadian yang kemarin, bahwa aku melihat dia dengan seorang wanita lain. Dia menjawab itu hanya teman lamanya. Aku tak percaya, dia akhirnya mengaku bahwa dia telah menduakanku. Hatiku hancur, kecewa, sedih. Aku bergegas pulang tapi dia menahanku. Dia mengatakan bahwa dia memilih aku dan akan meninggalkan perempuan itu. Akupun luluh karena aku sangat sayang padanya dan memberi kesempatan yang kedua. Saat tanggal 25, dimana aku dan dia menjalani kisah cinta yang ke 5 bulan, kami  merayakannya dengan makan- makan, jalan-jalan, dan masih banyak lagi. Aku merasa sangat bahagia saat itu, rasanya gak mau hari itu berlalu. Tringg .. tring .. teleponku berbunyi. Ternyata itu telpon dari Vicky dia menelpon hanya untuk mengucapkan I LOVE YOU. Aku merasa senang sekali. Tidak biasanya dia begitu. Saat malam hari aku dan teman-temanku yang lain sedang menongkrong di salah satu kediaman temanku, aku mendapat kabar

Apel Merah Untuk Emak

Gambar
Usiaku 12 tahun, aku hanya anak SD yang belum punya penghasilan. Tapi aku tak pernah habis akal demi kesembuhan emak.                 Sore itu sepulang aku sekolah, keringat yang melekat di tubuhku menjadi saksi saat aku mondar-mandir di parkiran membantu orang – yang akan memarkirkan kendaraannya. Ini semua untuk emak, di sedang sakit di rumah. Aku sebagai anak pertama dari dua bersaudara harus bertanggung jawab atas kesembuhan emak. Maklum, bapakku yang harusnya menjadi tulang punggung keluargaku sudah meninggalkan kami sejak adikku masih dalam kandungan.                 Adzan maghrib terdengar, aku pun pulang. “Aa, kenapa pulang sore lagi?”. Rita menyapaku dengan pertanyaan yang sering aku dengar. “Aa beli makanan dulu Rit”. “dimana emak?” tanyaku . “Di kamar mandi, kayanya mau ambil wudhu”. “Eh Ujang baru pulang? udah shalat belum?” emak menyapaku sambil tertatih – tatih keluar dari kamar mandi”. “Belum mak sebentar lagi” sambil aku menuntun emak masu kamar.   “Emak jang

Bukan (The End)

1 minggu setelah meninggalnya bunda aku merasa tak hidup. Jiwaku tak mengisi ragaku. Pikiranku hanya di penuhi tentang bunda. Bundaaaaaa, aku rindu padamu. Berkali-kali aku tanyakan pada tuhan apa salahku sehingga Dia mengambil orang yang aku cintai. Apa salahku sampai bunda yang harus Kau ambil? Mengapa tak aku saja? 1 minggu lamanya aku hanya mampu mengurung diri di kamarku. Aku benci hidup seperti ini !!!! Aku benci !!!!! “Ta,” “Siapa? Aku gak mau di ganggu”. Usirku. Klekkkk. Pintu terbuka. “Gaby,” “Ditaaaa” dia berlari kecil menuju ke arahku dan sefera memelukku erat. Dia menangis. “Maafin aku Ta, aku yang udah salah faham sama kamu. Aku minta maaf. Hiksss” kata Gaby. “Iya, aku udah maafin kamu kok dari semenjak waktu itu. Maafin aku juga ya Gab” kataku sambil memeluk sahabatku ini. “Aku menyesal Ta, aku turut berduka. Aku minta maaf Ditaaa” kali ini dia dia benar-benar menangis sejadinya. “Iya, makasih ya Gab” kataku. “Sebenernya yang ngirim kado itu Kev

Bukan (part 5)

“Dita, bangun Dit” sumber suara itu mendatangi telingaku. Aku seperti mengenali suaranya. “Ya Allah, aku dimana ?” ujarku lemas. “Kamu ada di UKS Dit, aku tadi yang bawa kamu kesini sama Amira dan Sarah. Kamu tadi pingsan Dit,” jelasnya. Kevin. Dia yang membawaku kesini ? Sarah, Amira? Lalu Gaby mana ? “Gaby mana Vin, aku harus jelasin ini semua sama dia. Aku gamau kaya gini Vin, please” tubuhku rasanya ingin berontak dan segera menemui Gaby. “Ta, kamu masih lemas. Please jangan dulu sekarang, aku gak mau kamu kenapa-kenapa. Please Ta, demi aku” cegahnya. Demi aku ? itulah kata yang membuatku berhenti berontak. Itulah kata yang mampu menyadarkanku saat ini. Tapi kenapa harus dia? Kenapa harus dia yang dating? Tapi aku merasa sangat nyaman dan tenang bila dekat dengan 1 pria ini. Apakah aku benar-benar jatuh cinta? “Iya Ta, kamu masih lemah. Biarin aja dulu Gaby nenangin dirinya sebentar, mungkin salah faham ini akan segera selesai. Jangan sedih ya Ta,” Sarah meny