Rena
Air matanya jatuh berlinang
membasahi bantal. Pikirannya melayang memikirkan sesuatu agar bisa keluar dari
rumah tanpa sepengatuhan orang-orang rumah. Dia beranjak dari kasurnya
mengemasi baju dan celana jeans kesayangnnya. Seperti yang sudah direncanakannya,
Rena berhasil kabur dari rumah.
Setelah ibunya mengetahui bahwa
Rena kabur dari rumah, ibu separuh baya itu sangat cemas, beliau terus
modar-mandir sambil terus berusaha menghubungi ponsel anaknya, namun ponselnya
tidak dapat dihubungi.
“Bu, tenang, tenang. Dion sedang
mencari Rena.”
“Tapi, Pak. Bagaimana ibu bisa
tenang, sementara kita tidak tahu keberadaan anak kita dimana. Ibu takut
sesuatu terjadi pada anak kita.”
Hujan yang sangat lebat disertai
petir yang terus menjerit membuat Rena ketakutan. Angin malam yang dingin
menusuk kulitnya yang halus membuatnya menggigil kedinginan. Rasa lapar yang
sejak tadi dirasakannya membuat Rena menjadi lemas.
Rena hanya bisa terdiam di
pinggiran toko yang senyap sunyi. Dia merasa sendirian hanya rintikan air hujanlah
yang menemaninya. Jalan begitu sepi tak ada yang melintas di jalan itu.
Kini dia teringat kepada ibunya. Ada perasaan
bersalah di benaknya, karena telah meninggalkan rumah tanpa seijin orang
tuanya.
“Tuhan, betapa bodohnya diriku.
Seharusnya aku tidak perlu pergi dari rumah. Mungkin ibu memukuli aku karena
aku memang salah.”
Rena sangat kaget, lamunannya
menjadi buyar ketika tasnya dijambret. Rena berteriak meminta tolong namun tak
ada yang mendengarnya. Rena pun mengejarnyanamun ia malah ditodongkan pisau
oleh jambret tersebut. Rena sangat ketakutan dan mundur perlahan.
Tiba-tiba Dion abangnya Rena
datang lalu menghajar jambret tersebut. Jambret itu berhasil dikalahkan oleh
Dion.
Rena memeluk abangnya sambil
meneteskanair mata.
“Abang akan selalu melindungi
kamu.”
“Makasih, Bang. Rena takut
disini sendirian.”
“Rena, sekarang kamu sudah aman.
Sekarang kita pulang yuk. Ibu sudah sangat mengkhawatirkanmu.”
“Tapi bukankah ibu sudah tidak
sayang lagi sama Rena? Buktinya tadi pagi ibu mukul Rena?”
“Rena, dengerin abang ya. Ibu
mukul kamu itu karena ibu sayang sama kamu. Cuma memang caranya salah. Ibu tiu
sangat menyayangi kamu.”
Rena pun berhasil diajak pulang.
Sesampainya di rumah, Rena langsung memeluk ibunya sambil meneteskan air mata.
“Bu, Rena minta maaf sudah
membuat ibu dan Bapak cemas. Maafkan Rena ya Bu, Pak!”
“Seharusnya Ibu yang minta maaf
sama kamu, Sayang. Ibu terlalu keras sama kamu, ibu minta maaf, ya.”
Rena mengangguk dan memeluk
ibunya dengan sangat erat.
Karya :
Ela Endayani
2013
Jempol buat ela ceritanya.
BalasHapus