Sama tapi Beda
![]() |
Ilustration by http://remajaxsis.blogspot.com /2012/12/cerpen-cinta-ketabrak-cinta-part-2.html |
Malam itu merupakan
malam yang takan pernah terlupakan bagi Hanung dan Tio. Bagaimana tidak, malam
itu mereka menjadi seorang bapak dan ibu baru. Hanung baru saja melahirkan bayi
kembar. “Selamat bu, anak pertama ibu laki-laki dan anak kedua ibu perempuan”
ucap dokter “Iya dok terimakasih” jawab hanung sembari tersenyum. Tio langsung
menggendong bayi laki-lakinya dan Hanung menyusui anak perempuannya.
Pagi tiba, Hanung tau
kakaknya Lisna akan menengoknya ke rumahsakit.
“Ya Alloooooh Hanung
bayimu kembar? Siapa namanya, Nung?” Tanya Lisna sambil menghampiri Hanung dan
Tio.
“Iya mbak, yang
laki-laki namanya Septa dan yang perempuan namnya Septi”
“Eeeeeeh tapi kamu tau
ga tentang pepatah orang jawa tentang anak kembar laki –laki sama perempuan?”
“pepatah yang mana mba?” jawab Tio Lisna langsung menceritakan pepatah
tersebut.
Ternyata menurut orang
jawa pada jaman dulu anak kembar yang beda jenis kelaminnya jangan disatukan
dalam satu atap rumah dihawatirkan mereka akan saling suka dan akhirnya
berjodoh sedangkan dalam islam hal tersebut tidak boleh terjadi. Hanung dan Tio
merasa takut akan hal tersebut, mereka masih sangat meyakini akan
pepatah-pepatah orang dulu. Tapi kakaknya Lisna menawarkan agar dia yang
mengurus anak laki-lakinya, Hanung dan Tio awalnya merasa ragu terhadap Lisna
tapi Lisna terus meyakini meraka.
Setelah beberapa hari
difikirkan oleh keduanya, mereka merasa yakin dan percaya teradap Lisna untuk
mengurus bayi laki-lakinya, ditambah karena Lisna belum mempunyai anak saat itu
dan rumah mereka berdekatan sehingga mereka bisa melihat perkembangan anak
mereka. Waktu terus bejalan, Septa dan Septi tumbuh menjadi dewasa. Tapi Septa
selalu iri trhadap Septi, ia selalu bertanya kepada dirinya sendiri kenapa
harus ia harus tinggal bersama ua nya sedangkan Septi tidak. Usia mereka saat
ini sudah mnginjak 17, setiap sore Septa selalu datang kerumah ibunya untuk
meminta bekal, tapi saat itu ia melihat Septi diberi uang lebih banyak. Rasa
iri Septa semakin besar.
“Kenapa sih selalu
kamu yang ibu sayang?” ucap septa dengan nada yang agak kencang
“Maksudmu?” jawab
Septi sambil heran
“Alaaaaaah pura-pura
gak ngerasa lagi” Hanung mendengar dan langsung menghampiri mereka.
“Ada apa ini?” Tanya Hanung Septa langsung
mecurahkan segala kekesalannya yang ia pendam dari sejak dulu.
“Aku iri kenapa Septi
selalu diberikan perhatian dan materi yang lebih bu, sedangkan aku dibedakan?
Aku dari kecil tinggal bareng sama ua, sedangkan Septi tinggal bersama ibu?”
Hanung hanya terdiam. Tiba-tiba Lisna datang
“Kamu pengen tau
alasan ibumu menitipkan kamu ke ua?” Tanya Lisna terhadap Septa Septa hanya
dapat menundukan kepala sembari menangis Lisna meceritakan tentang pepatah
tersebut.
“Tapi kan kita udah
gede ua, kita sekarang pasti bisa membedakan mana rasa sayang terhadap seorang
kakak dan adik atau bukan” ucap Septi
“Yasudahlah ibu minta
maaf nak kalo ibu sudah membuatmu merasa dibedakan, tapi jujur ibu tidak pernah
mempunyai niat untuk membeda-bedakan kalian, kalian berdua sama kalian anak ibu
yang ibu sayang,ayah kalian sudah tiada cuman kalian yang ibu punya” ucap
Hanung
“Ya, sudah mulai
sekarang Septa tinggal sma ibumu saja, ua ga akan takut lagi akan pepatah itu,
ua percaya kepada kalian”
Akhirnya mereka
tinggal bersama dalam satu rumah tanpa ada yang merasa dibedakan walaupun Tio
sudah tiada karena penyakitnya mereka yakin ayahnya disana senang melihat
mereka bahagia.
Karya :
Melly Noviyanti
Komentar
Posting Komentar