Bukan (The End)



1 minggu setelah meninggalnya bunda aku merasa tak hidup. Jiwaku tak mengisi ragaku. Pikiranku hanya di penuhi tentang bunda. Bundaaaaaa, aku rindu padamu. Berkali-kali aku tanyakan pada tuhan apa salahku sehingga Dia mengambil orang yang aku cintai. Apa salahku sampai bunda yang harus Kau ambil? Mengapa tak aku saja? 1 minggu lamanya aku hanya mampu mengurung diri di kamarku. Aku benci hidup seperti ini !!!! Aku benci !!!!!

“Ta,”
“Siapa? Aku gak mau di ganggu”. Usirku.
Klekkkk. Pintu terbuka.
“Gaby,”
“Ditaaaa” dia berlari kecil menuju ke arahku dan sefera memelukku erat. Dia menangis.
“Maafin aku Ta, aku yang udah salah faham sama kamu. Aku minta maaf. Hiksss” kata Gaby.
“Iya, aku udah maafin kamu kok dari semenjak waktu itu. Maafin aku juga ya Gab” kataku sambil memeluk sahabatku ini.
“Aku menyesal Ta, aku turut berduka. Aku minta maaf Ditaaa” kali ini dia dia benar-benar menangis sejadinya.
“Iya, makasih ya Gab” kataku.
“Sebenernya yang ngirim kado itu Kevin bukan Andika. Aku baru tau setelah 3 hari ynag lalu Kevi cerita. Tadinya aku mau langsung datang ke rumah kamu, tapi aku takut kamu masih berkabung jadi ku urungkan niatku untuk minta maaf sama kamu,” ujar Gaby. Ddia terlihat sekali sangat menyesal. Bahkan dia beberapa kali mengeluarkan tissue dari tas sekolahnya itu.
“Iya gak apa-apa kok Gab, aku juga ngerti. Jadi yang ngirim kado itu Kevin?”. Tanyaku sedikit heran.
“iya Ta, aku yang ngasih kado itu. Aku nyuruh Andika karena aku malu buat langsung ngasihin ke kamu. Aku takut kamu gak mau menerimanya”. Suara Kevin muncul di balik daun pintu yang sedari tadi sedikit terbuka itu.
“Ooo oo oh, Kevin. Euh euh euh iya gak apa-apa kok Vin. Maksih ya kadonya” aku tersenyum.
Kevin datang menghampiriku. Dia memegang tanganku seakan-akan tak ingin melepasnya. Lalu….
“Amandita Azila, aku menyukaimu sejak masa SMP dulu. Aku malu menyatakannya karena aku piker kamu tak mau menjadi kekasihku karena mungkin kamu menganggapku sebagai cowok playboy. Aku sangat menyukaimu sejak dulu, Ta. Dulu aku berpacaran dengan Gina semata-mata karena aku terpaksa menerimanya karena dia menyatakan kepadaku. Entah bagaimana bodohnya aku bias menerima dia. Hingga saat ini rasa sayangku padamu tak berubah sedikitpun.” Jelasnya. Ya Allah, dia menyayangiku?
“Aku juga menyayangimu Kev, sejak dulu” kutumpahkan rasa saying ini dengan sebuah pelukan hangat. Aku mencintainya sejak dulu. Dia penyemangatku terlebih saat bunda pergi untuk selama-lamanya. Aku sayang padamu Kevin.

Di balik semua kisah buruk ataupun pahit, pasti terselip sebuah hikmah yang dapat merubah pemikiran serta cara kita bertindak. Di balik semua duka pun selalu terselip rasa bahagia. Kini aku dan Kevin selalu bersama. Dan ini adalah tahun ke 3 pernikahan kita berdua. Aku sedang mengandung 6 bulan. Dia semakin menyayangiku. Kasih serta sayangnya sebagai suami takkan tergantikan oleh apapun. Kini aku menunggu kelahiran anak pertama kami. Selalu ada kebahagiaan di setiap duka.

Vivit Vitriani 
XII IPS MA Al-Husna Bandung 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Living without parental love*

CAHAYA PONDOK

Makan Malam terakhir