BUKAN .... (part 1)



Duh.. degdegan banget nih. Gimana yaa? Emm.. takut.
Tuhan semoga ini yang terbaik untukku, amin.
Itulah kata-kata yang ada dihatiku saat ini, aku bergumam karena malu dan takut. Ini pertama kalinya aku menjajaki sekolah baruku. Dengan stelan kemeja hitam, rok bercorak  batik, plus kaos kaki sebatas lutut dipadu sepatu pantople kumantapkan langkah kaki ini menyusuri lorong sekolah yang hanya terlihat beberapa murid saja.
          “ Mungkin aku datang terlalu pagi, hmm..” pikirku.
          Kulihat beberapa anak yang sedang berolahraga pagi dilapangan sekolah baruku ini. Wah... anak pemain futsal no 18 itu siapa yaa? Sepertinya aku kenal, dia seperti....
          “ awww !!!!”
          “Makanya hati-hati kalo jalan neng, ga liat ada papan ’Lantai Basah’ yaa?” ujar seorang OB sekolah yang kulihat dr kartu identitasnya bernama Ujang Sutisna.
          “Hehe.. iya mang, saya ga liat papannya. Saya baru mang disini.” Kataku
          “ Oh.. pantesan. Saya ga pernah liat neng sebelumnya. Lain kali hati-hati ya neng. Ya sudah neng, saya mau lanjut kerjain ini. Mari neng.” Katanya sambil berlalu dengan lap pel serta ember berisi air yang dia jinjing.
          “Oh iya mari mang,” kataku sambil mebenarkan posisi tubuhku.
          Aku bangun dari tempatku terjatuh sambil menyusuri lorong-lorong kelas. Ahaaa! Ini dia kelasku, kelas XI Bahasa 3. Lumayan. Sambil memasuki kelass, kulihat ada beberapa anak yang menatapku heran. Aku tak mau ambil pusing, karena memang aku ga mau terlalu mikirin hal yang begituan. Bagiku, jangan pernah ambil pusing kalo ada orang yang menatapi kita dengan perasaan heran selama mereka ga langsung men-judge kita dengan hal-hal yang kita ga lakuin.
          “ Dia anak baru ya ?” jelas sekali kata itu aku dengar dan menjadi sebuah kalimat yang pertama kudengar dikelas ini.
          “ Hai, nama kamu siapa ? aku Amira Amdhari. Panggil aku Amira aja”. kata salah seorang murid yang menghampiriku. Tubuhnya mungil dan memakai kacamata yang aku pikir itu minus 3 deh.
          “ Hai juga, nama aku Amandita Azila. Panggil aja aku Dita”. Kataku sambil menolehkan sedikit senyum rasa maluku.
          “ Oh ya, kamu pindahan dari sekolah mana , Ta ?”
          “ Eumb, aku pindahan dari SMA Negeri 5 Bandung, Mir”.
          “ Oh, hebat dong masuk negeri. Kok mau sih Ta kamu masuk sekolah ini? Padahal kan SMK TARUNA BANGSA ini swasta? “ tanya teman baruku itu.
          “ Ayahku pindah dinas, Mir. Ya terpaksa deh aku ikut ayah, jadi mau ga mau juga harus pindah, hehe. Oh ya, Mir. Menurut kamu, gimana sih rasanya sekolah disini ? nyaman ga ?” rasa ingin tahuku mulai muncul.
          “ Sama sih kaya sekolah biasa, Cuma enaknya disekolah ini tuh gurunya ramah, emang sih ga semua. Tapi kakak-kakak kelas disini pada ‘ngejago’, Ta. Aku aja pernah di ‘gencet’ karena penampilan culunku ini mengundang gelak tawa kakak-kakak kelas XII IPS 2. Aku sampai di bikin nangis, asli tuh ya rasanya tuh kaya di jebak oleh para ikan bajak laut diatas awan !” katanya sambil bla bla bla  seperti memerankan sebuah iklan.
          Tak terasa, kita ngobrol terlalu banyak. Aku bersyukur, aku sudah mendapatkan 3 orang teman yang menurutku baik. Mereka adalah :
-      Amira Amdhari, dia cewe mungil yang bertinggi badan lebih kurang 150 cm. Badannya kurus, rambut hitam legam, bermata coklat tua, berkulit rapi, serta digiginya itu berderet sejumlah pagar yang biasa di sebut Behel.
-      Sarah Rusmanto harun, dia cewe cantik bertinggi badan 160 cm dengan rambut sedikit ikal, berkulit sawo matang, dan 1 lagi dia itu anak tunggal seorang jutawan bernama Rusdiantoro Rusmanto Harun.
-      Gaby Audia Pandjaitan, dia temanku yang keturunan Batak, tapi anehnya dia mengerti sekali jika aku tidak sengaja mengeluarkan sedikit obrolan dalam bahasa Sunda, bahkan dia cukup fasih. Dia si hitam manis menurutku, rambutnya coklat tua, serta bermata hitam dengan lesung pipi sebagai pemanis.
Aku ?
Hmm.. aku adalah Amandita Azila. Aku adalah anak tunggal dari pasangan suami istri bernama Tama Andika serta Aura Azila Suryaningrum. Ya, memang. Azila adalah nama untuk keturunan dari silsilah keluarga ibuku untuk anak perempuan. Umurku baru menginjak 17 tahun. Aku tinggal di sebuah rumah dinas yang diberi oleh pemerintah untuk pelaut seperti ayahku. Walaupun aku termasuk orang yang ‘cukup’, namun aku selalu merasa kesepian, karena di rumah hanya ada aku, bunda dan bi Inah.

bersambung ......
Vivit Vitriani 
XII IPS MA Al-Husna Bandung
2012
         

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apel Merah Untuk Emak

Pikirku

“Semangat Belajar di Sekolah”