BUKAN (part 3...)



Kevin ? dia ?
Dia adalah teman se-angkatanku di masa SMP dulu. Sebenarnya dia adalah bisa dibilang idolaku hingga saat ini. Namun aku sebagai perempuan tentu saja tak berani menyatakannya, mungkin aku hanya bisa mengeguminya dengan secara tidak langsung.
Kevin Winarto itulah namanya. Dia adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Dia mempunya 2 adik perempuan, namun nasib mengatakan yang masih ada hingga saat ini  hanya 1 adik perempuan bernama Dara Adinda Winarto. Kevin adalah sosok lelaki yang meskipun dia rese banget, tapi dia punya rasa tanggung jawab sebagai anak sulung, dia kharismatik menurutku, dia juga pintar, bahkan beberapa kali dia sempat menjuarai kontes pendidikan. Matanya berwarna coklat, berkulit sawo matang, bertubuh tinggi sekitar 163 cm, berambut lurus dan satu lagi dia selalu memakai jaket yang waktu itu aku berikan padanya.
Waktu itu, dia genap berusia 15 tahun. Karena dia banyak yang nge-fans dia banyak banget nerima kado dari cewek-cewek se-sekolah dulu termasuk aku. Waktu itu dalam kadonya aku tidak menyertakan namaku karena aku takut ketauan kalo aku juga suka sama dia. Yang aku sertakan hanya sebuah tulisan “Selamat Ulang Tahun Kev => “.
Aku senang dia sampai saat ini masih memakai jaket pemberianku. Walaupun secara tidak langsung dia tidak mengetahui kalo akulah yang memberinya jaket itu. Aku menyukainya.


“ Assalamu ‘alaikum. Dita pulang, Bun”. Kataku seraya membuka daun pintu
 yang terbuat dari kayu jati berkualitas itu.
“ Walaikum salam sayang. Ta, sini bentar. Bunda mau ngasih tau sesuatu sama kamu, Ta”, ujar bundaku yang terlihat sedikit pucat itu.
“ Iya emang ada apa, Bun ? ko bunda pucet gitu? Bunda sakit yaa? Ke dokter yuk bun, Dita takut bunda kenapa –kenapa nih ,” kataku khawatir.
“ Ih bunda ga sakit ko sayang, hehe. Bunda ....”
“ Non bentar lagi bakalan punya adik lho, hihi,” ujar bi Inah yang sedari tadi mendengar pembicaraan kami. 
“ Wah ? serius bi ? serius bun?” tanyaku gembira
“ Asyikkkk bentar lagi aku bakalan punya adik, yeyeyeye !” aku girang bukan main. Karena selama ini aku meminta bunda agar memberikanku adik agar di rumah ini tak terasa sepi lagi.
“ Oh ya, Bun. Udah berapa bulan bunda sekarang ? “ tanyaku sambil memegang tempat yang sudah ditempati oleh janin calon adikku itu.
“ Udah 3 minggu sayang, kamu seneng ga, Ta ?” tanya bundaku itu seraya membelai pipiku dengan penuh kasih.
“ Wah.. masih kecil dong Bun, Dita udah ga sabar nih pengen gendong adik bayi. Dita seneng banget dong bun, berarti Allah udah ngabulin doa Dita selama ini,” jelasku.
“ Iya sabar dong , Ta. Bunda juga udah ga sabar nih. Tapi kita berdoa aja sama Allah ya Ta, supaya bunda dan calon adikmu ini diberi kesehatan sampai nanti waktunya adik kamu lahir, “ kata bunda.
“ Iya, Bun. Aamiin, oh ya bun, ayah udah di kasih tahu tentang kehamilan bunda?” tanyaku penuh kegembiraan.
“ Sudah sayang, dia orang pertama yang bunda kasih tau. Ayah kamu seneng banget sayang, setelah 2 minggu yang lalu ayah pergi ke Jakarta akhirnya dia bisa membuat kita semua disini bahagia dengan kehadiran janin ini, terima kasihh ya Allah,” ucap bunda penuh syukur sembari memegang perutnya itu. Dia tersenyum bahagia.
Bundaku adalah segalanya bagiku, dia sosok wanita yang mampu mengerti keadaanku.

          Ohh bunda...
          Aku sayang padamu
          Melebihi apapun terkecuali rasa sayangku pada-Nya
          Bunda, ku doakan kau selalu sehat
          Agar nanti kita selalu bersama melewati hari tanpa kehadiran ayah
          Ohh bunda...
          Aku sayang padamu bunda
          Kepedihanmu adalah sedihku
          Kebahagiaanmu adalah hidupku
          Senyum dan ketulusanmu adalah penyemangatku
          Aku sayang padamu, Bunda

Vivit Vitriani 
XII IPS MA Al-Husna Bandung 2012 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apel Merah Untuk Emak

Pikirku

“Semangat Belajar di Sekolah”