Kepo atau peduli?

Akhir-akhir ini begitu semarak dengan kata “kepo”. Entah dari mana asal muasal kata ini dan entah siapa pula yang mempopulerkan kata ini. Tapi mau tidak mau kata ini telah menghembuskan hawa yang tidak begitu mengenakkan hati karena konotasi kata ini sendiri begitu bernada negatif. Berikut kita kutip definisi kepo menurut kitab gaul (http://kitabgaul.com/word/kepo.

Kepo adalah akronim dari Knowing every Particular Object adalah sebutan untuk orang yang serba tahu detail dari sesuatu, apapun yang lewat di hadapannya selama itu terlihat oleh matanya walaupun hanya sekelebat. Dalam beberapa kasus orang kepo adalah orang yang serba ingin tahu, bisa jadi kayak semacam kecanduan untuk tahu segala hal yang sepele dan itu bisa dia unggulkan sebagai kekuatan orang tsb. Hati hati jika berhadapan dengan orang kepo, hal yang anda sembunyikan tak lama kemudian akan muncul ke permukaan (rahasia yang bocor).
Ciri ciri orang kepo :
Serba ingin tahu
Kadang sok tahu
Mempunyai mata yang sangat amat jeli dan tajam
Cikal bakal geek (evolusi sebelum orang itu jadi geek)

A: Eh, tau gak masa katanya si Rere selingkuh!
B: Serius lo? Gila tuh anak
C: *tiba tiba ikut nimbrung* Pada ngomongin apaan sih?
A&B: Kepo lo!!
Sebenarnya baik gak sih mau tahu urusan orang lain? Atau baik juga gak sih kalau kita gak usah tahu urusan orang lain? Nah, disinilah kiranya kita perlu memilah mana yang kita harus tahu dan mana yang kita tak perlu tahu. 

Bila teman kita sedang tertimpa kemalangan, musibah, dan sedang sedih, maka bukalah mata batin kita untuk bisa peduli. Mau tahu lah dengan kesedihannya agar kita bisa membantu. Tengoklah teman yang sakit, tanyakan apa penyakitnya dan bagaimana keadaannya. Hal ini agar kita bisa mensyukuri nikmat sehat yang Allah berikan kepada kita. Lawatlah saudara kita yang meninggal agar menjadi cermin bahwa kitapun akan menyusulnya dan agar diri kita mempersiapkan. Hiburlah teman yang sedang sedih. Agar kita mendapat teman sebanyak-banyaknya dan meraih simpati orang.

Bagaimana bila teman kita memiliki aib, skandal pribadi, atau berbuat hal yang tidak menyenangkan? Perlukah kita untuk peduli? Peduli boleh, tapi jangan menggunjing dan gibah. Hal tersebutlah yang akan menjerumuskan kita pada “kepo”. Seandainya kita tahu ada kekurangan dan kesalahan pada diri teman atau saudara kita, cukuplah kita sekedar tahu saja. Tak perlu untuk dipergunjingkan. Kalau kita mampu menyadarkannya secara arif dan bijaksana, lakukanlah, tapi kalau kita tak yakin kata-kata kita bisa menyadarkannya, maka “STOP” ...

Diamlah ... dan berdoalah. Serahkan semuanya kepada Allah SWT. Sungguh Allah lah yang Maha membolak balikkan hati. Semoga Allah turunkan hidayah agar saudara yang kita cintai segera sadar akan kesalahannya dan segera bertobat.

Bukankah diam itu lebih baik saat kita memang tak bisa berbuat lebih? Jangan perburuk suasana dengan omongan-omongan yang tidak bertanggung jawab dan hanya bermodalkan “kata si anu ... kata si ini ... dll” Disini saya berani tegaskan dan katakan “Jangan Kepo!!!”

Kadang ketika ingin menyadarkan seseorang dari kesalahan, kita perlu mengukur diri kita, akankah nasihat kita didengarkan dan digubris? Bila yakin, maka bertindaklah atas nama Allah. Namun, bila kita tak yakin, mintalah bantuan orang lain yang kira-kira nasehatnya bisa didengarkannya. Sehingga usaha kita tidak akan menjadi sia-sia atau bahkan malah dikatakan kita ini kepo.

Tapi seandainya kita berada di pihak yang sedang tertimpa masalah, jangan terlalu sensitif dengan orang-orang yang hendak peduli dengan kita. Amatilah, dia kepo atau peduli. Orang kepo hanya ingin tahu urusan kita tanpa memberi solusi yang menenangkan. Sedangkan orang yang peduli akan membawa kedamaian dan ketenangan sekalipun solusi itu sebenarnya datang dari diri kita sendiri bukan dari orang lain.

So, pedulilah dengan teman dan saudara kita.
Tapi jangan terjebak dengan kepo ... OK?
Keep spirit in love and care . Love you all.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Living without parental love*

CAHAYA PONDOK

Makan Malam terakhir