Love in Supermarket

“Aiissshhh... aahh panass..!! ”Sidik berteriak kepanasan. Segelas kopi yang dipegangnya tumpah menimpa bajunya ketika seseorang menyenggolnya. Sidik meringis kepanasan sambil mengusap baju yang basah.
“Haduuhh, maaf maaf!  Aku terburu-buru.” Ujar gadis itu meminta maaf. Tampak penyesalan di muka gadis ini. Sidik terkesiap saat melirik wajah gadis yang menyenggolnya.

“Subhanalloh,  siapa gadis ini? Kenapa aku baru melihatnya?” tanya Sidik dalam hati.
“Maaf, apa kau tak apa apa?” tegurnya.
“Heeeeiii..!!!” ujar gadis itu membuyarkan Sidik yang sedang bengong.   
“Oh yaa hmm...  Aku tak apa apa cuman merasa sedikit kepanasan.” jawab Sidik agak gugup. “Benarkah? Haduh, maaf sekali lagi. Aku bener-bener tak sengaja.” Sesal gadis itu.
“Sungguh, aku bener-bener tak apa. oohh yaa kamu siapa? Kenapa aku baru melihat mu”
“Oh aku??” tanya gadis itu sedikit kikuk.
“Iya, kamu. Aku baru melihatmu di kumpulan komunitas ini?”
“Oh ya... . Kenalkan! Aku Nurul. Aku memang baru bergabung di komunitas muslim ini. Maaf, ya. Soal barusan. Aku bener-bener tak sengaja..” jawab Nurul.
“Oh, Nurul. Yaa tak apalah..” jawab Sidik.
“Baiklah kalau begitu .. maaf sebelum nya aku terburu-buru untuk mempersiapkan acara ini.. maaf yaa, Assalamualaikum..” Nurul memotong perkataan Sidik dan pergi dengan terburu-buru.
......

Acara di mulaii..
“Itu kan????!!” Nurul tersentak ketika melihat sesosok laki-laki atas panggung sedang melantunkan syair berbahasa Arab dalam pertunjukan marawis.
“Laki-laki yang tadi aku senggol. Bajunya  masih terlihat basah.. uuuhh aku jadi merasa malu...” gumam Nurul dalam hati.
“Hey keren ya laki-laki itu? Itu tuh, Nur yang bajunya basaahh” ujar wini sahabat Nurul.
“Hehe iya ya ganteng, siapa emang nama nya?” jawab nurul reflek
“Namanya Sidik. Dia emang vokalis dari grup marawis itu..”  
“Sidik?” Bisik Nurul dalam hati.

Sepulang dari acara ta’lim kumpulan komunitas muslim, Sidik dan Nurul kembali bertemu. “Nuruull...!!” panggil sidik seketika
“Ah iya. Apa kak?” Jawab nurul sambil menghampiri sidik yang tengah berada di depan gerbang gedung..
“Ka?” ujar nurul memulai pembicaraan.
“Iya, Nuur? Apa kau mau langsung pulang?” tanya Sidik sambil grogi
“Mmhh iya Ka. Oh ya Ka, maaf lagi ya soal tadi. Sepertinya aku mengotori baju pentas kakak.” Ujar Nurul menyesal.

Sedang mereka asyik bercakap-cakap, tak lama kemudian seorang pria datang dengan menggunakan motor nya.
“Nurul!!” panggil laki-laki itu...
“Hah?” Nurul terkejut ketika melihat laki-laki yang memanggil nya itu.
 “Ali?” bisik Nurul dalam hati. Laki-laki itu turun dari motornya dan menarik tangan kanan Nurul dengan kasar
“Aaahhh haduuhh sakiit!!. Apa kamu tidak bisa sedikit sopan memperlakukan wanita?!” rengek Nurul.
“Aku seperti ini karena aku melihat kamu dengan nya. Siapa dia??” bentak Ali yang ternyata pacar Nurul.
“Ooohhh ternyata kau seperti ini di belakang ku...” ujar Ali marah.
“Kenapa Kamu selalu seperti itu? Selalu saja tak mau mendengarkanku?” ujar Nurul tak kalah marah. Sidik terdiam melihat perselisihan mereka. Pertengkaran diantara doa sejoli yang terjadi diantara mereka.
“Plak!!!” sebuah tamparan mendarat di pipi Nurul. Sidik terkesiap dan darahnya menjadi naik. Dia merasa tidak terima dengan perlakuan Ali yang sewenang-wenang terhadap perempuan.
“Heyy tidak seharusnya kau melakukan seperti itu  pada nyaa...!!!” bentak Sidik pada Ali
“Siapa kau?? Apa urusanmu? Dia pacarku...”
“Tapi tak harus juga kamu memperlakukan dia seperti itu!!”jawabku lebih keras.
 “Hah apa? Siapa kau? Apa kau selingkuhan nya??” ujar Ali marah.
Tiba-tiba sebuah tinju mengarah ke mukanya
“ Buuukkgg!!”
 “Aaahhh... ..!!!” Sidik yang tidak menyangka adanya serangan itu meringis kesakitan.
“Suudaahh!!  Apa-apaan kamu, Ali!!?” teriak Nurul.
“Kenapa kau tidak pernah bisa menghilangkan sikap temperamenmu... Dia temanku! Cukup Ali. Aku sudah muak dengan semua ini. Aku sudah tidak mau lagi bersamamu...!! TERIMAKASIH ALII!!!” Ali hanya terdiam mendengar perkataan Nurul
“Antar aku pulang “pinta Nurul kepada Sidik sambil terisak –isak. Mereka berdua pun pergi meninggalkan Ali yang masih terdiam.

Di Rumah Nurul

“Terima kasih Sidik. Kamu sudah mengantarku pulang.” Nurul berkata sambil meneteskan air matanya terus menerus.
“Sudahlah Nurul. Berhentilah menangis. Iya. Tak apa aku senang membantumu. Tapi  maaf gara-gara aku, Kau dan Ali jadi putus.” Ucapku lirih.
“Iya tak apa, Kak. Emang aku dari dulu sudah muak dengan semua sikap dia kepadaku. Bahkan aku menunggu momen ini terjadi.” Jawab Nurul dengan isakan tangis yang sudah mulai mereda.
“Ya, sudah. Senyum dong,  Cantiknya jadi ilaang tuuhh!!” candaku untuk mencairkan suasana.  “hihihi.. maaf bercanda..” ucapan Sidik ternyata mampu meredam ketegangan yang sedari tadi menyelimuti.
“Ah Sidik. Kamu bisa saja. hehe makasih ya..” ujar Nurul. Sebuah senyuman tersungging di bibirnya yang manis. Nampaknya Nurul sudah mampu melupakan kejadian tadi.
“Naaahh gitu doong.  Senyum.. hehe. Ya sudah masuklah kerumah mu. Ini sudah malam... aku pamit yaa assalamualaikum...”

Dua minggu kemudian.

Sidik sedang berlatih marawis di daerah rumahnya. Dia tampak begitu serius. Tak jauh dari situ sepasang bola mata sedang memperhatikan gerak-geriknya.
“Itu kan sidik! Oh,.. jadi disini tempat latihan nyaa.”bisik nurul dalam hati.
Waktu istirahatpun tiba. Tanpa disadari Sidik telah menghampiriNnurul.
“Hey, Nurul. Kenapa kau ada di sini??” tanya Sidik membuyarkan Nurul.
 “Iyyaa, Kak. Tadi saya di ajak Wini ke sini. Eehh ternyata ketemu kamu d sini hehe..” jawab Nurul sambil berseri-seri. Nurul tampak berbeda dengan kemarin. Hari ini Nurul terlihat begitu ceria. “Oh ya, Nur, boleh kan aku minta no kamu? Yaa mungkin saja ada sesuatu yang penting. Tentang kumpulan remaja atau yang lain ehehe.“ tanya Sidik.
 “Mmhhh ohiyyaa boleh. Baiklah kalau begitu” Nurul dengan senang hati memberikan nomor telepon nya kepada sidik.
“Terima kasih, Nur. Oh, ya. Kenapa saya jarang melihatmu di kumpulan remaja muslim ini kemarin-kemarin?” tanya Sidik.
“Iya, Kak, aku kemarin-kemarin di larang oleh orangtuaku. Karena waktu pulang yang terlalu malam, jadi aku selalu datang kadang-kadang ehehe “ jawab Nurul.
“Ohh iya. Aku mengerti. Ya udah kita pulang yuk, Nur. Udah malem nih.” Ajak Sidik sambil tersenyum “Oh iya, Kak baiklah.” Sidik pun mengantar pulang sampai kerumah nyaa..
...
Sudah 2 minggu berlalu. Sidik dan Nurul hanya bisa berkomunikasi lewat handphone. Mereka  tak lagi  bisa bertemu karena kesibukan Nurul di sekolah. Hari demi hari berlalu. Hingga pada akhirnya Sidik sangat ingin sekali bertemu dengan nurul.
“Hmm.. apa sebaik nya aku menunggu nya di supermarket dekat rumah nya ituu..?” batin Sidik.
“Ah iya... dia kan selalu lewat supermarket itu...!!” ucap Sidik. Kemudian dengan sigap ia langsung pergi menuju supermarket itu. Walaupun cuaca waktu itu sedang hujan, Sidik tetap pergi berjalan kaki dengan membawa payung.

Di Supermarket ....
“Mana yah..??” Sidik resah sambil sesekali melirik jam tangannya. Lima menit berlalu.
“Aahh itu dia! Nuruull!!” panggil sidik sambil berlari-lari kecil menghampiri Nurul.
“Kakak? Sedang  apa kak di sini??” tanya Nurul kaget.
”Mmmhhh..kebetulan saja kakak lewat sini dan melihatmu, eheeheh” jawab sidik berbogong.
“Hmm Oh ya? Kebetulan sekali kalau begitu” jawab Nurul. Sidik senang sekali Nurul tidak mencurigai kebohongannya.
“Kebetulan ? Kebetulan apa?” tanya Sidik menggoda.
 “Ahhh tidak-tidak. Hmm hujannya sangat deras yaa kak ?” ujar Nurul sambil melihat ke arah langit.
“Iya, kenapa kamu tidak membawa payung?”tanya Sidik perhatian.
 “Hmm aku lupa, Kak.” Jawab Nurul.
”Benarkah? Baiklah, biar kakak antar kamu pulang, tak apa kan ? Lagian sudah terlanjur juga kakak bertemu kamu disini.”
“Memang itu yang aku harapkan” batin Nurul. Dengan wajah yang memerah Nurul pulang dengan diantar oleh sebuah payung berwarna pink yang sangat cerah.

Hampir setiap hari Sidik menunggu Nurul pulang sekolah di supermarket itu. Lama-lama Nurul merasa ada sesuatu yang muncul dalam dirinya terhadap Sidik. Ada pertanyaan menggelitik yang ingin dilontarkan Nurul kepada Sidik. Suatu hari dia memberanikan diri menanyakan hal tersebut kepada Sidik.
“Kak...” kata Nurul memulai pembicaraan.
“Apa kakak tidak bosan menungguku setiap hari disini?” tanya Nurul penasaran.
“Tidak, justru kakak merasa sangat senang jika tiap hari bertemu denganmu.” Jawab Sidik sepenuh hati.
 “Sebenarnya....”kata-kata Sidik terhenti membuat Nurul semakin penasaran.
 “Apa kak?” tanya Nurul tak sabar.
Langkah mereka terhenti saat Sidik menjawab pertanyaan Nurul.
“Nur..apa kamu tidak pernah merasa? Sebenarnya kakak seperti ini padamu karena.... kakak sangat menyukaimu. Dari  pertama kakak melihatmu, mungkin ini sudah saatnya untuk menyatakan yang sebenarnya. Kakak harap Nurul bisa menjadi bagian hidup kakak, bagaimana ?” kataku.
 “Hah ?” pertanyaan Sidik tak pelak membuat Nurul terperanjat namun menerbitkan rasa bahagia yang tiada tara. Sebenarnya jugalah Nurul telah lama memendam rasa suka itu terhadap Sidik. “Hmm, sebenarnya aku pun merasakan hal yang sama dengan kakak. Tapi, mungkin untuk saat ini kita belum bisa menyatukan perasaan kita,” jawab Nurul.  
“Kenapa?”tanya Sidik tak enak hati.
 “Karena minggu depan aku akan pindah ke Jakarta. Disini aku hanya sementara. Sebenarnya hari ini adalah hari terakhir aku bisa bertemu dengan kakak. Maaf, kak. Aku pun tak menginginkan ini terjadi tapi aku pun tak bisa merubah keputusan keluarga.” Ada rasa sesak menyelubungi hati Nurul.
Mendengar hal itu, Sidik merasakan sesak yang sama dengan Nurul. Betapa tidak adilnya, ketika rasa telah diutarakan, justru menjadi titik awal perpisahan mereka. Tapi Sidik telah membulatkan tekad, bahwa ia mencintai Nurul. “Nurul.” Ujar Sidik.  “Aku tak peduli akan semuanya itu, aku akan tetap menunggumu,”tekad Sidik.
Hujan yang semakin deras mendukung suasana romantis itu.

Tiga  tahun kemudian.....
Komunikasi mereka tidak pernah terhenti. SSesekali Sidik menelpon Nurul. Suatu hari, Nurul kembali ke Bandung.
Drrrtttt drrrtt drrttt
1 pesan baru, Nurul.
“Ass, Kak, apa kau ada di rumah ? Kalau Kakak bisa, hari ini ,kutunggu kakak di supermarket yang dulu kita sering bertemu ok? Jam 4 sore,”
“Hah? Nurul ? Nurul ada di Bandung ? Benarkah ?” rasa gembira begitu membludak setelah membaca pesan singkat itu. Tak sabar rasanya menunggu jam 4 sore.

Jam 4 sore
Aduh jangan sampai aku terlambat, wahh jam 4 kurang, hah tidaakk. Gumamku .
Sementara Nurul menunggu Sidik dengan santai.
“Sidik,” ujar Nurul .
“Hai,  Nurul, maaf sepertinya aku terlambat,”  ujar Sidik.
 “Oh iya, tidak apa-apa kok. “ katanya.
“Nurul, apakah ini jawabannya ?”tanya Sidik kembali.
 “Jawaban apa?,” Nurul semakin heran.
 “Seperti yang kukatakaan 3 tahun lalu, aku akan menunggumu disini,” ujar Sidik. Seketika  Nurul tersentak dengan apa yang dikatakan Sidik. Perlahan kedua tangan Sidik memegang kedua tangan Nurul, dan berkata  “Will you marry me?”
.....

Salman Al-Farisi 
XII IPS
MA Al-Husna 
2012

Komentar

  1. Uh so sweet..hhaha

    Wah kyanya ni blog statisticnya bakal terus meningkat bu, apa lagi anak2 di susuh like cerpen yang ada di blog.. Bakal terus nambah ni trafficnya.

    Follow blog saya dong bu..hhehe..
    Sukses buat blog nya (y)

    http://acceptea.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks ya ...
      itu hanya sebuah cara membangkitkan motivasi belajar siswa. bergairah dalam berkarya dan bangga dengan hasil karya mereka sendiri. berani berkompetisi dan meraih kesuksesan dari jerih payah mereka sendiri.

      siap acceptea ... untuk difollow

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Living without parental love*

CAHAYA PONDOK

Makan Malam terakhir