MIMPI



 
Mimpi. Berbicara tentang mimpi semua orang pasti punya mimpi. Entah apapun itu, semua orang punya mimpi dan selalu bermimpi, tanpa ada batasan. Batasan ada hanya sebagai ukuran sejauh mana kita bisa meraih dan memperjuangkan mimpi itu. Mimpi juga bisa menjadi penyemangat untuk hidup seseorang.

Sama seperti halnya aku. Namaku Rully. Dulu waktu kecil aku pernah bermimpi menjadi polisi, aktor, dan bahkan pernah bermimpi ingin menjadi spiderman. Aku selalu berandai andai "Kenapa aku terlahir tidak sebagai spiderman ?" Hahaha rasanya lucu mengingat semua mimpi waktu kecil.

Berbicara tentang mimpi, aku punya mimpi yang besar. Mimpi besarku dimulai ketika aku di perkenalkan dengan yang namanya musik. Awalnya sih biasa saja, tapi ketika aku tanpa sengaja mendengarkan lagu di radio, entah itu lagu siapa aku lupa lagi. Dari lagu itulah aku mulai merasa tertarik dengan yang namanya musik ini. Saat itu aku masih duduk di kelas 4SD.

Dan tak lama setelah itu, dengan seringnya aku mendengarkan musik, aku tertarik untuk bisa bermain musik. Aku meminta pada ibuku sebuah gitar akustik, tapi ibu tidak memberikanya.

"Untuk apa gitar ? Bukanya kamu ga suka musik ?"
Aku merengek dan memaksa ibu untuk memberikan ku sebuah gitar. Tapi usahaku sia sia, ibu tetap tidak memberikanku gitar.

Lalu tiba tiba aku teringat, seorang temanku punya gitar dan dia juga bisa bermain gitar. Tanpa fikir panjang aku langsung menuju rumahnya yang tak jauh dari rumahku.

"To... Tito .... " Panggil ku dari depan rumahnya. Tak lama kemudian Tito muncul.
"Eh elu Lly. Ada apa kesini ? Temben lu biasanya di ps" Tanya dia sambil sedikit meledek padaku.

"Gini To, lu kan punya gitar terus lu juga bisa main gitar" Belum selesai aku bicara dia memotong omonganku, seakan-akan dia tahu maksud dan tujuanku datang ke rumahya.

"Udah gua tau maksud lu kesini. Lu mau minta di ajarin gitar kan ? Udah ayo masuk" Lalu aku pun masuk dan belajar pada Tito.

Setelah beberapa bulan aku di ajari oleh Tito, rasanya bosan juga kalau harus pinjam terus punya orang lain.
"Coba gua punya gitar sendiri, pasti lebih enak" Ocehku dalam hati.
Lalu ketika aku pulang sekolah, aku kaget kenapa ibuku ada dirumah? Bukankah seharusnya dia kerja.
"Bu ko ada di rumah ? Emang ga kerja ?"
"Ibu libur Ly, cape."

Hanya itu yang ia ucapkan. Lalu pergi begitu saja ke kamarnya. Dan tanpa aku sadari dia sudah di belakangku dengan membawa sebuah gitar akustik, aku ingat gitar itu merknya "gentha"
"Selamat ulang tahun ya Ly, ini gitar yang kamu mau https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/yo/r/X8YPpi6kcyo.png"
"Makasih ya, Bu. Ibu emang baik." sambil memeluk ibu.

Senangnya hatiku saat itu. Akhirnya aku punya gitar sendiri juga. Tapi sayang https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/ya/r/XVs6rhX0HCD.pngaku tidak bisa menyetel gitar. Lalu aku pun memaksa ibuku untuk mencarikan orang yang bisa mengajariku bermain gitar. Dipertemukanlah aku dengan tukang ojeg bernama Teddy. Dialah yang mengajariku bermain gitar, meski hanya sebentar tapi setidaknya aku bisa lebih baik dari sebelumnya. Dan tak lama akupun pindah rumah.

Beberapa tahun kemudian akupun mulai menginjak bangku SMP, dan bertemu dengan banyak orang yang bisa bermusik. Aku coba untuk kepo dengan stlye mereka. Mungkin karena pada saat itu band band indie mulai di gemari banyak orang, aku pun ikut mendengarkan. Di SMP aku bertemu dengan Ilham, dia yang secara tidak langsung mengajariku gitar dan memberi aku dorongan untuk pertama kalinya membuat lagu.

Hanya satu tahun aku satu sekolah dengan dia, dan tahun berikutnya aku pindah harus pindah rumah. Aku pindah ke rumah nenekku. Di rumah nenekku aku bertemu dengan teman teman lama ku sewaktu kecil. Ade, Ari, Aku, Didit dan Tito. Tanpa aku duga mereka sudah mengenal musik lebih luas dari pada aku. Kami sering nongkrong dan bermain gitar bareng hampir setiap malam. Akhirnya kami memutuskan untuk membuat band yang bernama TOC. Sampai sekarang aku masih bertanya tanya tentang nama band ini. Katanya sih karena kita suka request lagu di radio maka di beri nama TOC. Ah... Ya sudah lah, ga penting juga.

Di TOC aku memegang gitar. Dengan kemampuan yang pas-pasan kami mencoba saling menutupi dan mengisi kekosongan. Meskipun masih berantakan dan sedikit kacau. Maklum baru pertama kali. Kami biasa membawakan lagu-lagu yang populer pada masa itu. Tapi meski begitu kamu pernah sekali mengisi acara, yah... Meski acara itu acara 17 agustusan.

Setelah kami tampil untuk pertama kalinya, TOC tidak pernah latihan lagi, seolah olah sudah terbayarkan rasa penasaran kami main di atas panggung. Namun aku yang sudah terobsesi dengan musik masih terus berusaha mengajak mereka untuk latihan, meski hasilnya sia sia.

Aku pun kembali harus pindah rumah lagi untuk kesekian kalinya. Dan aku mencoba mengasah skills ku sendiri. Hampir satu tahun aku bermusik sendiri aku mulai bosan dan jenuh dengan “mengulik” lagu. Dan aku pun mencoba membuat sebuah lagu. Lagu pertama yang aku buat berjudul "cinta pertama". Lalu aku mencoba membuat lagu berikutnya namun entah mengapa rasanya sulit.

Setelah lulus SMP aku mencoba mempelajari musik lebih dalam. Dengan berkenalan dengan orang orang musik di SMA. Sejak saat itulah aku tahu musik itu apa, bagaimana menciptakan dan bagaimana cara memainkanya. Dari kefokusanku terhadap musik, aku harus merelakan tinggal kelas 1 tahun. Dan hal itu membuat orangtua tuaku marah besar. Bahkan sempat terlintas dalam fikiranku untuk berhenti bermusik.

Di kesendirian aku merenung dengan penuh penyesalan. Semua aktivitasku yang hanya dihabiskan dengan melamun membuat aku jenuh dan bosan. Aku mencoba mencari hiburan untuk sejenak melupakan beban ini. Dan terfikir untuk pergi ke rumah neneku berharap dapat bertemu dengan teman temanku. Dan benar saja setelah aku pergi kerumah neneku aku bertemu dengan mereka. Dari mereka aku mendapat pengetahuan baru tentang musik. Aku mulai diperkenalkan dengan musik era 90an seperti radiohead, coldplay, nirvana, goo goo dols, red hot chili papers dan yang lainya.

Aku bertekad untuk lebih berusaha dan belajar dengan rajin agar sekolah dan musik tetap seimbang. Lalu aku pun mencoba membuat beberapa lagu, dan hasilnya aku berikan kepada teman temanku. Respon mereka pun cukup bagus, yah ... Setidaknya sedikit memberi mereka motivasi untuk nge-band lagi.

Kami latihan lebih serius lagi. Dan kami merasa sudah saatnya band kami harus punya jam terbang sebagai pembelajaran dan pengalaman. Setelah beberapa waktu, akhirnya kami mulai menemukan titik terang. Saat itu aku tidak sengaja dikenalkan oleh ayahku dengan Pak Bambang. Dia adalah seorang EO yang kebetulan pada waktu itu sedang membutuhkan band untuk mengisi acara nya. Lalu kami mengobrol ngobrol sejenak. Dan beliau bertanya padaku,

"Eh band kamu sudah punya lagu sendiri ? Mana saya pengen dengar ?" Ia meminta demo lagu kami.
"Ini pak lagunya. Tapi lagu ini kami ambil dengan format acoustic" jawabku.

Pak bambang hanya terdiam sambil mendengarkan demo band kami dengan serius. Setelah selesai mendengarkan, ternyata beliau ingin melihat penampilan kami secara langsung. Beliau menyuruh band kamu untuk datang ke kantornya satu minggu lagi. Dan aku pun segera mengabari teman temanku di TOC, dan rupanya mereka senang.

Seminggu berlalu, kami isi hari hari dengan berlatih dan berlatih. Dan sore nanti adalah saat yang sangat menegangkan karena hari ini menentukan apakah band kami bisa jadi pengisi acara di acara Pak Bambang atau tidak. Waktu sudah menunjukan pukul 2 siang, kami bergegas berangkat ke kantor pak bambang dengan perasaan yang campur aduk. Keringat dingin tak henti henti keluar dari pori pori kami, jantung berdebar semakin kencang ketika mendekati kantor Pak Bambang. Dan akhirnya kami tiba.

Setibanya di sana, Pak Bambang langsung menyuruh kami untuk langsung main. Tanpa basa basi Pak Bambang membuat kami semua semakin gugup. Beliau meminta kami membawakan 1 lagu sendiri dan 1 lagu bebas. Saat itu kami membawakan satu lagu kami dan satu lagu dari red hot chili pappers yang berjudul "other side".

Tanpa kami duga Pak Bambang terkesan melihat penampilan kami. Ia meminta kami untuk lebih giat berlatih dan datang satu minggu lagi.
 
Dengan perasaan senang kami pulang, penuh dengan tawa dan perasaan puas. "Akhirnya kita sudah satu langkah maju kedepan" kata Ari
"Yah... Syukur alhamdulillah akhirnya Allah memberi jawaban atas doa kami dan usaha kami" jawab aku.

Lalu seminggu kemudian kami datang kembali ke tempat Pak Bambang untuk brifing dengan rekan rekan dan pengisi acara yang lainya. Ternyata saat pengambilan no urut penampil, band kami mendapat no urut pertama sebagai band pembuka. Itu sedikit membuat kami sedikit kaget. Kami fikir kami akan tampil di pertengahan. Dan kami di suruh membawakan 4 lagu bebas.

Acara dimulai 4 hari lagi, dan kami masih menyiapkan materi lagu kami dan aransemen yang akan di bawakan. Kami terus mempersiapkan materi lagi kami. Sampai satu ketika, Ari vocalis kami mendadak sakit. Kami semua mulai kebingungan, waktu yang tersisa tinggal satu hari lagi. Tidak akan sempat buat kamu untuk mencari pengganti Ari jika nanti Ari tidak bisa tampil.

Semalaman kami berunding mencari jalan keluarnya.
"Sepertinya buntu " kata ku dengan pesimis.
Lalu tito mengusulkan saran “Nah... ! Gimana kalau elu aja Lly yang gantiin Ari. Suara lu kan ga jelek jelek banget ."
Ade dan Aki pun langsung menatap ke arahku seakanamemberi bahasa tubuh untuk mengiyakan saran dari Tito tadi. Sejenak semua hening.
" Iyah udah lu aja Lly yang nyanyinya kalau sampai besok Ari masih belum sembuh."
"Sayangkan, udah sejauh ini. Masa kita harus berhenti ?" Kata Ade sambil menyemangatiku dengan mengingatkan usaha dan kerja keras kami selama ini.

Dengan ragu, aku pun coba menyanggupinya dengan berharap esok hari Ari akan datang membawa keajaiban buat TOC. Semalaman aku mencoba menghafal lagu yang telah kami aransemen. Hal ini sedikit menyulitkanku, karena aku biasa hanya menghafal bagan bagan gitar kini beralih menjadi vocalis. Banyak sekali kesulitan yang aku hadapi semalaman itu. Mulai dari nada yang terlalu tinggi, yang aku tidak bisa sampai sampai aku harus mencari improv yang pas yang sesuai dengan aransemen musiknya. Semua ini jadi beban tersendiri buatku.

Akhirnya waktu pun tiba. Aku yang belum beristirahat harus tetap tampil prima. Ari yang masih terbaring lemah di ranjangnya, sepertinya Ari tidak akan bisa hadir. Dan aku harus siap manggantikan posisinya. Beberapa saat lagi band kami tampil, tubuh ini tak henti hentinya bergetar, dan pori pori ini masih terus saja mengeluarkan keringat dingin, wajah ku pucat, mendadak seperti ikan cupang yang tidak diberi air yang berwarna biru. Rasanya sama seperti saat pertama kali kami manggung di acara 17san, namun yang berbeda adalah di sini aku sebagai vocalis dan gitaris. Aku hanya bisa berdoa semoga semua berjalan dengan lancar meski tanpa Ari.
 
Akhirnya tiba giliran bagi band kami untuk main. Aku tak henti hentinya berdoa dan berdoa berharap ‘nervous’ku kan hilang. Dengan keadaan gemetaran aku berjalan menuju stage. Setelah tiba di atas panggung tubuhku semakin bergetar dan keringat dingin pun membasahi seluruh tubuhku. Lalu
"Udah Ly, jangan difikirin. Anggap aja kaya latihan biasa." Ujar Tito kepadaku sembari mengagetkanku. Aku hanya bisa terdiam di balik microphone.
"Ternyata ucapan Tito ada benarnya juga."

Aku coba menenangkan diri dengan menarik nafas panjang dan mengeluarkannya dari mulut berulang ulang. Dan tanpa aku sadari saat aku akan menghembuskan nafas yang keluar bukanlah dari mulutku, melainkan dari belakang, dan ternyata. Aku kentut. Suara itu cukup keras hingga terdengar oleh personilku yang lain dan oleh crew yang sedang cek sound. Hal itu membuatku semakin gugup + malu. But show must go on, semua personil sudah selesai cek sound. Dan itu artinya aku harus siap tampil all out. "Huhhhh...." Aku coba membuat suasana yang sudah ramai menjadi lebih comfort.

Lagu pertama sudah aku bawakan, meski dengan keadaan masih nervous dan belum all out, akhirnya di lagu berikutnya cukup memuaskan. Aku bangga pada diriku sendiri. Dengan senyum dan tawa kami pun turun dari stage dan berjalan menuju backstage. Lalu tiba tiba perhatian kami terlaih oleh kedatangan didit. Didit adalah saudara Ari. Dengan raut wajah sedih dia menghampiri kami.

"Kenapa lu dit ?" Tanya Ade.
"Gini... Eeee ....anu ... Ari ... Ari ... " Jawab didit sambil terbata bata.
"Ada apa dengan Ari, Dit ?" Tanya Tito.
Lalu didit menjawab dengan menundukan kepalanya
"Ari ... Ari meninggal ..."

Tiba tiba suasana yang hiruk pikuk oleh keramaian berubah seketika menjadi sepi sunyi, hening. Kami semua hanya bisa terdiam dan tak percaya dengan apa yang dikatakan didit barusan.

"Lu ga becanda kan, Dit ? Becanda lu jelek !!!" Aku berteriak dengan nada tinggi.
"Udah sekarang lu semua ikut gua ke rumah sakit" Didit mengajak kami semua ke rumah sakit.

Tanpa fikir panjang kami bergegas ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, kami bertemu dengan ibunda Ari. Dia hanya terdiam dengan wajah yang sedih dan berlinang air mata. Ia hanya bisa pasrah melepas kepergian anak tercintanya.
Kami berempat menghampiri Ibu Ani dan memeluk beliau.

"Bu ..." Sapa kami kepada Bu Ani.
Lalu aku bertanya "Sebenarnya apa yang terjadi kepada Ari ?"

Dengan berlinang air mata, Ibu Ani menjawab, "Sebenarnya... Ari...sudah lama dia menderita kanker otak. Ari menyuruh ibu untuk tidak memberitahukannya kepada kalian karena ia takut akan merepotkan kalian dan membuat kalian khawatir."

Mendengar jawaban itu, kami semua kaget. Di balik kebugaran Ari yang kami tahu dia selalu menjaga kesehatanya, ternyata dia menyimpan kesakitan yang begitu dalam.
Kami hanya diam seribu bahasa. Hanya kesedihan yang kami rasa. Kehilangan seseorang yang begitu berarti. Selain kehilangan Ari, kami juga kehilangan semangat dalam bermusik.

40 hari telah berlalu setelah kepergian Ari. Kami berempat sudah jarang bertemu lagi. Setiap kali aku datang ke bescamp, disana tidak ada siapa siapa. Hanya ada Didit saudara Ari yang terlihat melamun.

Beberapa minggu kemudian aku mencoba menghubungi Ade, Tito, dan Aaki, untuk mengajak mereka berkumpul kembali dan menanyakan nasib band ini. Meski pada awalnya mereka bertiga tidak terlalu merespon ajakanku. Namun Tuhan berkata lain. Di saat aku sedang bermain gitar bersama Didit, tiba tiba Ade datang, kemudian Aki dan disusul oleh Tito.

"Akhirnya setelah sekian lama kami bisa berkumpul lagi" ujar ku dalam hati.
Tapi suasana sedikit terasa berbeda, jika biasanya kita berkumpul selalu penuh tawa dan canda, tapi kini semua itu tak ada. Kami hanya terdiam.
Lalu aku coba mencairkan suasana.

"Eh ... Gimana nih nasib band kita? Sayang udah sejauh ini." Tanyaku sambil tersenyum.
Tapi mereka masih saja membisu, seakan tak tahu harus melakukan apa. Kepergian Ari membuat kami semua terpukul.

"Eh coba inget inget deh, dulu kita pernah bermimpi, untuk bisa mengalahkan ketenaran coldplay,oasis dll kan ? Gua masih inget jelas tuh, Waktu lu To bilang pengen kaya kurt cobain tapi lu kagak bisa nyanyi hahahaha .dan lu berdua De, Ki, kalian kan adik kakak sama-sama pengen punya band yang besar."
 
Aku mencoba mengingatkan mereka akan apa yang pernah mereka impikan sewaktu dulu. .
" Dan Ari, yang dengan polosya menjawab. Dia hanya ingin menjadi dirinya sendiri."
Tambah Tito.

Kami semua diam, dan suasana hening.

“Ayo guys, ini mimpi kita, jangan sampai kita terhenti disini. Kalau pun Ari masih ada, dia pasti bakal kecewa liat kita yang sekarang." Kataku sambil menyemangati Ade, Tito dan Aki.

"Jangan karena kepergian Ari band ini bubar." Tambahku.

Mendengar kata kata ku tadi, Ade, Tito dan Aki termenung. Mereka tambah terdiam.
"Ada benernya juga omongan lu, Rul, kita udah sejauh ini cape-cape masa berhenti." Balas ade pada kami.

Akhirnya Ade pun menyetujui untuk melanjutkan band ini. "Gua setuju sama Rully, tinggal lu berdua gimana ?" Ade bertanya pada Aki dan Tito.
Mereka berdua terdiam sesaat, lalu tak lama Aki menyetujui dan pada akhirnya Tito pun ikut setuju.

Kami sepakat untuk melanjutkan band ini meski tanpa Ari.
"Tapi tunggu dulu." Kataku pada Ade, Tito dan Aki.
"Gimana kalau kita masukin Didit ke band kita ?" Tanyaku pada mereka bertiga
Lalu Ade menjawab "Hah? Ga salah lu ?! Dia kan ga bisa nyanyi."
"Itu dulu De, sekarang mending lu dengerin dia langsung aja." balasku dengan mencoba meyakinkan teman temanku yang lain.
"Dit... Coba lu nyanyi, Dit. " Aku menyuruh Didit untuk bernyanyi.

Didit menjawab "Nyanyi apa, Ly?"
"Apa aja Dit, yang penting lu bikin mereka pada kaget."
Lalu Didit menyanyikan lagu Oasis.
"So don't go away say what you say,say that you'll stay forever and a day,in the time of my lya cause I need more time yes I need more time just to makie thing right."

Dan benar saja, semua terdiam setelah mendengar Didit bernyanyi. Mereka ga bisa ngomong apa apa selain setuju masukin Didit di band ini. Dan akhirnya band kami pun berjalan lagi dengan formasi yang baru, dan dengan sedikit warna baru. Jam terbang band kami pun sedikit demi sedikit bertambah. Sampai suatu ketika kami bertemu dengan Pak Joko di sebuah event, dan ternyata dia adalah seorang produser musik yang tertarik dengan band kami. Dari situlah langkah besar kami dimulai, jalan untuk meraih mimpi kami dan mimpi Ari terbuka lebar.


Naufal Muhamad Ishak 
2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Living without parental love*

CAHAYA PONDOK

Makan Malam terakhir