Mukena Untuk Ibu
Di sebuah desa
terpencil tinggalah ibu dan anaknya. Ibu itu bernama ibu Ratih dan anaknya yang
bernama Fitri. Ayah nya meninggal sejak Fitri berumur 4 tahun karena
kecelakaan. Fitri mengidap penyakit leukimia dan diperkirakan hidupnya 1 bulan
lagi.
Adzan shubuh
berkumandang. Fitri bergegas bangun untuk shalat berjamaah dengan ibunya. Fitri
segera mengambil air wudhu dengan ibunya. Setelah selesai shalat shubuh Fitri
malihat mukena yang di kenakan oleh ibunya itu sudah pada robekl. Fitri malamun
sejenak.
“Kapan ya aku
bisa membelikan mukena baru untuk ibu?”ucapnya di dalam hati.
Hmmmmm lebih
baik aku mandi dulu ahh, bentar lagi mau sekolah (menuju kamar mandi). Fitri
pun pamit kepada ibunya untuk pergi berangkat sekolah. Di tengah perjalanan Fitri
sambil berfikir,
“Gimana ya agar
aku bisa membelikan mukena untuk ibu? Apakah aku bekerja saja di toko sepatu
milik pak Rahman (teman ayahku waktu kecil). Kebetulan di tokonya lagi ada
lowongan kerja. Tapi aku takut ketahuan ibu kalo aku bekerja”
Sesampainya di sekolah
Fitri hanya teringat mukena mukena dan mukena saja. Beberapa jam kemudian bel
pulang berbunyi te……..t te……t teeeeeeeettt . Fitri bergagas pulang tapi bukan
ke rumah melainkan pergi ke toko pak Rahman. Sesampainya di sana Fitri bertanya
kepada pak Rahman.
”Pak masih ada
lowongan kerja? Aku ingin kerja disini pak ”ucap fitri. Pak Rahman pun menjawab,
”Ada, Fitri. Tapi kan kamu masih sekolah atau gini saja bapak kasih pekerjaan
sesudah pulang sekolah saja gimana? Bapak memberi keringanan kepada kamu karena
ayah kamu dulu adalah sahabat lama bapak dan berkat ayah kamu juga bapak jadi
sukses seperti ini.”
“Oh iya pak
makasih ya, Pak. Besok pulang sekolah aku langsung bekerja ya pak,sekarang aku
pamit pulang dadah bapakkk “ ucap fitri (sambil terlihat gembira).
Hari pertama
bekerja setelah pulang sekolah Fitri langsung pergi ke toko pak Rahman dari
pukul 13.00 sampai jam 17.00. Hari pertamanya berhasil dan Fitri bergegas untuk
pulang. Setelah sampai ke rumahnya Fitri ditanya oleh ibunya.
“Fit kok tumben
pulang sekolah sampai sore gini” ucap ibunya. Dengan wajah bingung Fitri pun
menjawab dengan gugup,
“Itu bu, mmmmmm
banyak tugas, Bu. Jadi nanti sekolah pulang nya pasti sore terus, aku mandi
dulu ya bu, badan udah bau asem hehehe” (menuju kamarnya).
Keesokan
harinya Fitri semangat untuk bekerja. Hari demi hari bagi Fitri rasanya mudah.
Sampai tak terasa 1 bulan sudah ia bekerja di toko pak Rahman. Setelah selesai
bekerja Fitri di panggil oleh Pak Rahman.
“Fitri ini uang
gajihan kamu untuk bulan ini. Ngomong-ngomong uang nya untuk apa?”
Fitri pun
menjawab ”Untuk membelikan mukena. Karena mukena ibu sudah pada robek pak”
“Oh ya sudah
sekarang kamu beli mukena untuk ibumu dan langsung pulang ya.”
“Siap, Pak”
ucap fitri terlihat kegembiraannya.
Fitri pun
langsung membeli mukena dan bergegas pulang. Sesampainya di rumah, di ruang
tamu Fitri memanggil ibunya.
“ibuuuu ibuuu
aku pulaaang.” Dilihat ibunya sedang shalat maghrib. Fitri pun langsung masuk
ke kamarnya. Tepat jam 2 malam Fitri terbangun dari tidurnya. Kepala terasa
pusing dan berat sekali, hidungnya tiba-tiba berdarah (mimisan).
“Apakah hidupku
tak lama lagi ? hidup di gerogoti penyakit mematikan sangat menyakitkan?”
Gak tahu kenapa
Fitri ingin menulis sesuatu di kertas ..
Ibu….. Ada
sedikit hadiah untuk mu. Hanya inilah yang bisa aku berikan untuk ibu. Aku
sayang ibu. Kertas itu kemudian disimpan diatas lemari kecil beserta mukena
untuk ibunya. Tak lama kemudian Fitri tidur kembali.
Adzan shubuh, ibunya
terbangun dan bergegas ke kamar Fitri untuk mengakak shalat bersama ibunya. Tok
tok to….k ibunya mengetuk pintu kamar Fitri
“Bangun sudah
shubuh sayang yuk kita shalat“ tidak ada jawaban dari kamar Fitri. Ibunya
langsung membuka pintu kamar Fitri dan membangunkannya. Dan tubuh Fitri dingin,
bajunya berlumuran darah. Ibunya pun serentak dan berteriak,
“Fitri kamu
kenapa?” ibunya pun menoleh ke kanan terlihat sebuah surat di atas mukena, ibu
meneteskan air mata dan di mukena itu sudah ada kertas yang bertuliskan mukena
untuk ibu.
Intan Septianti
2013
Komentar
Posting Komentar