Sepatu Keresek

               
ilustration by : sajadahanakkartun.blogspot.com
Bulan itu Desember, bulan dimana hujan terus menerus mengguyur provinsi Banten, khususnya di Rangkasbitung. Dari pagi hingga pagi lagi tetesan air hujan menyerbu kota, dan membuat Ani
, gadis belia itu kebingungan untuk pergi ke rumah bu haji untuk bekerja. Ia menjadi buruh cuci di sana, dengan bayaran yang pas-pasan hanya untuk makan. Ani membantu emaknya yang juga jadi pembantu di rumah bu haji. Sehabis subuh Emak pasti sudah berangkat ke rumah bu haji, sedangkan Ani biasanya sekitar jam tujuh pagi, baru bergegas berangkat, karena dia harus menemani adiknya Suto untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah.
                “Teh, ari teteh lagi apa berdiri di pintu kaya gitu?” Tanya Suto mengagetkan Ani yang sedang melamun memandangi hujan yang turun di luar rumah.
                “Eh, Suto, kamu ngagetkeun teteh bae. Teteh nggak lagi ngapa-ngapain, ayo kamu cepet berangkat sekolah geh, entar telat ke sekolahnya.” Perintah Ani pada adiknya
                “Suto gak mau sekolah teh” kata Suto dengan nada sedih. Lalu dia mengambil sepatu sekolahnya yang telah rusak, dekil, dan alas nya bolong, sehingga ketika berjalan di jalan yang becek, pasti airnya akan masuk ke dalam sepatu.
                “Lihat, Teh, sepatu Suto sudah bolong bawahnya, kemarin waktu pulang sekolah kan hujan, Suto lari terus walaupun hujan, supaya Suto bisa cepet sampai rumah, tapi, pas sampai rumah, Suto buka sepatu, kaos kaki Suto basah semua teh, semua air masuk ke dalam sepatu Suto, Suto gak mau sekolah teh.” Rengek bocah SD itu kepada kakaknya.
                Ani tertegun memandangi keluguhan wajah adiknya yang merengek duduk disampingnya sambil memegangi sepatu bolong itu. Mata Ani berkaca-kaca, tapi ia langsung segera menahanya karena tidak ingin menunjukan kesedihan di depan adik tercintanya itu.
                “Suto, Suto kudu sakola nya, Suto ulah siga teteh, nggak bisa ngelanjutin sekolah SMP, sekarang jadi buruh cuci di rumah bu haji. Walaupun hujan dan sepatu Suto bolong, Suto wajib sakola, jangan bolos nya kasep”  rayu Ani pada adiknya sambil mengelus-elus kepala Suto.
                “Tapi kumaha geh teh, entar kaos kaki Suto basah lagi kalau tetap sekolah, mana hujannya makin gede wae”
                “Aha, teteh punya ide, bentar nya”
                Ani lalu lari ke dapur dan mengambil dua kantong keresek hitam besar, lalu menyuruh Suto untuk memakai kedua sepatu yang bolong itu, setelah Suto memakai sepatunya, Ani memakaikan kantong keresek itu pada sepatu kanan Suto, sepatu Suto masuk kedalam kantok keresek itu, dan Ani mengikatkan kantong keresek itu dengan kencang di kaki Suto agar tidak mudah lepas, begitu juga di kaki sebelah kirinya. Setelah itu, Ani menyuruh Suto berdiri, mengganti pakaiannya dengan seragam, dan mengambil tas nya untuk segera pergi sekolah.
                “Nah lihat sekarang, kalo kedua sepatu Suto di bungkus pakai keresek kayak gini, air gak akan masuk ke dalam sepatu Suto lagi, jadi kaos kakina tidak akan kebasahan deui, keren kan”
                “Wah, iah teh, bener, yau dah geh, Suto mau berangkat sekolah dulu yah Teh” Suto mencium punggung tangan tetehnya, dan beranjak pergi dengan riang meninggalkan rumah sambil mengucap salam.
                “Eh Suto, tunggu dulu, jangan lupa yah, kalau sudah sampai gerbang sekolah, lepas kantong keresek na, lalu masukkan ke tas Suto, biar nanti kalau pulang sekolah hujan, Suto bisa pakai lagi kayak yang tadi teteh contohkan yah" teriak Ani pada Suto dari dalam rumah.
                Suto mengangguk dan langsung menerobos hujan berlari. Dari dalam rumah Ani langsung menangis mencurahkan air mata yang sudah tidak kuat lagi ia bendung ketika menayksikan Suto pergi ke sekolah dengan sepatu keresek itu. Ingin sekali batin Ani membelikan sepatu baru untuk Suto.Tapi, apalah daya, Ani hanya siswi SMP yang putus sekolah, dan buruh cuci di rumah tetangga karena kemiskinan yang melilit kehidupannya. Ibu Ani meninggal dunia setelah melahirkan Suto, dan ayahnya, dia tidak pernah melihat ayahnya lagi setelah terakhir kali ayahnya pergi ke Malaysia untuk bekerja entah apa pekerjaanya, ketika itu Suto masih 5 bulan di dalam kandungan ibunya, dan sejak saat itu, sampai detik ini, ayahnya tak pernah lagi kembali menemui mereka.
                Untung ada emak, emak yang ikhlas merawat Ani dan Suto. Ani sangat menyayangi emak, maka dari itu dia membantu emak di rumah bu haji menjadi buruh cuci. Dan sekarang Ani dilanda kegundahan. Ia sangat ingin membelikan sepatu baru untuk Suto, tapi, bagaimana caranya?
                DAR !
                Tiba-tiba kilat petir menyadarkan Ani dari lamun panjangnya. Ia segera mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat dhuha. Selesai sholat, ia berdo’a pada Tuhan, semoga hari ini ia mendapat rezeki yang halal, yang tak terduga, agar ia bisa membelikan Suto sepatu baru. Ani yakin betul, hanya Tuhan tempat berkeluh kesah, tempat berserah diri dan meminta, bukan siapapun.
                Setelah selesai sholat, Ani segera berangkat ke rumah bu haji. Dengan badan basah kuyup setelah berlari menerobos rintik hujan, akhirnya Ani sampai juga di rumah bu haji dan langsung pergi ke dapur menemui emak. Dia melihat emak sedang memasak, setelah mengucapkan salam, Ani langsung bergegas ke kamar mandi dan mencuci pakaian yang telah menumpuk.  Tiba-tiba bu haji memanggil Ani, Ani pun segera menghampiri bu haji di ruang tengah
                “Ani, ini ada sepatu sekolah, tadi ibu sengaja beli buat anak ibu Andre, tapi kekecilan, nih ibu kasih buat Ani saja, siapa tahu pas ukurannya buat adik kamu” bu haji menyodorkan sepatu yang ada di dalam kardus itu pada Ani.
                “Wah, ini sepatu nya bagus sekali bu, pasti mahal, beneran ini teh buat Ani bu haji ?”Ani mengambil sepatu itu sambil mulut menganga karena terlalu kaget.
                “Iya Ani, ambil saja”
                “Makasih yah bu makasih banyak, Suto pasti seneng pisan dapet sepatu baru, bagus lagi, nuhun nya bu haji” Ani terus mencium-cium tangan bu haji.
                “Iya iya , kamu tidak perlu berlebihan seperti itu, sudah kamu lanjutkan lagi pekerjaan mu yah”
                “Iya bu haji, mangga bu”
                Ani langsung berlari ke dapur dan menunjukan sepatu itu pada emak.
                “Emak, lihat mak, Ani dikasih sepatu sama bu haji, sepatu ini buat Suto, Suto pasti seneng pisan mak, soalnya ka sepatu Suto sudah bolong”
                “Wah, syukur Alhamdulillah, kalau gitu, kamu cepet beresin kerjaan kamu, terus pulang ke rumah kasih sepatu itu sama Suto”
                “Iya mak, nih, Ani nitip dulu yah, Ani mau lanjut nyuci lagi”
                Ani langsung membereskan pekerjaanya, ia sudah tidak sabar ingin segera pulang ke rumah dan memberikan sepatu baru itu pada Suto. Suto pasti bahagia. Setelah membilas cucian dan menjemur pakaian, Ani langsung izin pamit pulang pada emak dan langung pulang ke rumah menerjang hujan di siang itu. Sesampainya di rumah, Ani melihat Suto sedang menangis di atas kasur tikarnya, Ani langung mendekap Suto dan bertanya kenapa ia menangis.
                “Tadi pas pulang sekolah, Suto kan pakai keresek lagi, terus teman-teman Suto pada ngeledekin Suto, mereka bilang sepatu keresek, sepatu keresek, gitu teh, Suto malu teh” ujar Suto sambil menangis di dekapan Ani.
                Ani langsung teringat sepatu baru itu, Ani mengambil sepatu itu dan memberikannya pada Suto.
                “Sekarang, teman-teman kamu gak akan ngeledek kamu lagi, nih, Teteh punya sepatu baru buat kamu, jadi, air hujan gak akan masuk lagi ke dalam sepatu kamu yang bolong. Udah yah jangan nangis, ayo dicoba sepatunya” Ani memakaikan sepatu baru itu pada Suto, dan pas.
                Suto teriak kegirangan dan meloncat-loncat. Melihat Suto gembira, Ani pun bahagia.Ternyata, Tuhan sangat kilat mengabulkan do’anya. Ani semakin yakin, air mata akan berakhir ketika kita bercerita pada Tuhan, karena hanya Tuhan lah yang akan mengabulkan do’a kita, ketika semua orang meragukan kita.

Dinda Eka Savitri

2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Living without parental love*

CAHAYA PONDOK

Makan Malam terakhir