Takdir

Gemerlap bintang terlihat sangat cantik. Pantulan sinar gerhana bulan menyorot sempurna sosok Alga yang gagah menaiki motor kesayangannya. Suara klakson dan drum motor Yamaha YZF-R1M berwarna hitam dan abu-abu saling bersahutan seolah ikut memprovokasi rasa tegang malam ini. Sorak-sorak ramai untuk menyemangati kini beradu padu di sana.

Alga pun turut terlarut dalam suasana panas antara dirinya dengan Vino, penantang balap untuk kali ini. Ketika helm full face itu dibuka, terlihat dua bola mata menyorot tajam sang lawan yang berada di samping kirinya dengan tatapan tajam seperti elang yang siap menyergap mangsanya. Tidak peduli dengan jalanan yang licin akibat gerimis tadi sore, Alga justru malah semakin tertantang. Senyum meremehkan pun dilemparkan Vino. Dengan Hati yang menggebu, Alga menutup helm full face berwarna hitamnya kasar. Lalu kembali memfokuskan pandanganya ke arah depan. Tak lama, seorang laki-laki dengan berpakaian wanita mulai berjalan ketengah-tengah Alga dan Vano. Dia bernama Cimon. Seorang waria yang selalu berperan sebagai pemandu pertandingan. 

DORR!

Suara letupan pistol menggema di sana, menandakan balapan sudah bisa di mulai. Alga langsung memacu motor YZF-R1M hitamnya dengan kecepatan tinggi. Begitu juga dengan Vino yang sedikit tertinggal di belakang Alga. Namun saat beberapa detik selanjutnya, Vano berhasil menyalip Alga setelah sedikit menendang body belakang motor Alga sebelum tikungan yang membuat Alga hilang keseimbangan dan tiba-tiba "Gudubrak" tubuh sekaligus motor yang di tumpangi Alga jatuh menabrak bahu jalan dengan sangat keras. "Ahhh...." terdengar rintih kesakitan memecahkan keheningan. Segera teman dan supporter Alga menghampiri dengan raut wajah khawatir, dan dengan segera mereka membawa Alga kepinggir arena untuk di obati. Sementara Vano? Sudahlah.... Bukanya menolong atau berbalik, dengan rasa kemenangan dia malah semakin melajukan motornya cepat.

Kevin yang notabene adalah sahabat Alga tidak terima jika temannya dicurangi oleh Vano. Dengan wajah yang merah, Kevin menggertakkan gigi sambil menggepal kuat tangannya saat melihat kemenangan Vino di garis finis, dan tanpa aba-aba " Bugg.." satu bogeman keras berhasil Kevin layangkan di pipi sebelah kanan Vano. Semua orang terbelalak kaget. Tak terima dirinya di serang tiba-tiba, Vano membalas kembali pukulan Kevin. Terjadilah perseteruan hebat di antara mereka berdua.

Alga yang sedari tadi mengaduh pun kini ikut berdiri di paling depan untuk membela Kevin. Pasalnya kemenangan ini didasari kecurangan yang membuat semua orang menjadi saling baku hantam. Tak pelak tawuran antar supporter pun terjadi. Tanpa sadar, dari arah sebrang pihak kepolisian berseragam lengkap datang dan menyemprotkan gas air mata demi mengamankan perkelahian tersebut. 

.....

Beberapa jam berlalu. Ketegangan terasa kental di ruangan kecil tanpa celah ini. Wajah muram polisi mengintimidasi para pemuda yang berada di hadapannya. Tapi bukan Alga Mahara jika tidak bersikap santai di situasi seperti ini. Rasa bosan melanda Alga kala mendengar ceramah Polisi bernama Ramdan.

Polisi berkumis itu bangkit dari duduknya. Satu persatu kepala para pemuda yang sempat ikut andil dalam tawuran tadi dijitak cukup keras. Yang mereka lakukan hanyalah menunduk takut. Tapi tidak dengan Alga, tiba gilirannya Ramdan merasa kesal karena saat mencoba menjitak kepala Alga, dia malah terus menghindar dengan wajah tanpa dosa. Kevin yang melihat itu hanya menggeleng tidak percaya.

"Kamu ngapain ngehindar?" tanya Ramdan dengan kesal.

"Soalnya saya gak salah pak." Ucap Alga cepat. "Lagian sama berantem karena ngebela temen saya pak."

Polisi itu semakin geram dengan tingkah Alga. "Tapi pertengkaran bukan hal yang dibenarkan juga, apalagi sampai babak belur begini."

"Ya... itu mereka babak belur karena jatuh waktu berantem, bukan salah saya dong?" tangkis Alga semakin membuat Ramdhan naik pitam.

"Kamu itu ya!" ucapan Ramdan terpotong kala suara pintu terdengar menggema di ruangannya. Seorang gadis cantik datang sambil membawa bekal makanan, mengalihkan atensi para pemuda di sana termasuk Ramdan.

"Ayah.." ucap gadis itu lalu menghampiri Ramdan. 

"Eh.. Naya? Kamu datang? Simpan aja bekalnya dimeja Ayah," suruh Ramdan pada Naya yang tidak lain adalah putri cantiknya.

Naya berdiri membeku di tempatnya saat menatap wajah tampan Alga, sesekali gadis itu melirik secara bergantian para pemuda di sampingnya. "Loh... Bukanya mereka yang tadi berantem terus jatuh, ya?" kata Naya tiba-tiba. "Alga, ayo kayanya kita harus bicara berdua." Lanjutnya.

Raut wajah Alga dan Ramdan terlihat sedikit bingung. "Kamu kenal dia, Nay?" tanya Ramdan sambil menaikan satu alisnya. Para pemuda di sana saling bertatapan satu sama lain tidak percaya. "Dia sahabat aku ayah. Boleh aku ajak dia pergi?" pinta Naya. Tanpa persetujuan yang jelas, Naya dengan cepat menarik tangan Alga untuk keluar dari ruangan introgasi.

....

Pada akhirnya mereka duduk berdua di bangku taman dekat kantor polisi. Naya membuka bekal nasi yang sempat dia bawa dari rumah. "Ini masih anget, makan aja," titah Naya pada Alga. Sementara itu, bukannya melahap bekal yang disodorkan Naya, Alga malah menatap lekat gadis di hadapannya dengan bingung. Alasanya? Ya...Bagaimana bisa gadis itu mengenal dirinya? Sementara dia sendiri tidak tahu gadis ini siapa?

"Gimana lo bisa tau gue?" Alga melontarkan pertanyaan yang membuatnya bingung tanpa basa basi. "Padahal gue sendiri ga tau lo siapa?"

Bukanya menjawab, Naya malah tersenyum dan menyodorkan sendok kehadapan wajah Alga. Raut kebingungan semakin terpancar di wajah Alga. Sepersekian detik kemudian, Naya mulai membuka suara, "Lo lupa, ya? gue cewek yang beberapa minggu lalu lo tolongin waktu mau dijambret. Kita juga sempet kenalan, makanya gue tau lo," Jelas Naya secara rinci. Alga tertegun tidak percaya. Gadis yang selama ini dia cari kini berada di sampingnya, bahkan berada di hadapanya langsung. Entah ini takdir atau apapun, jujur Alga sangat bersyukur karena bisa di pertemukan lagi dengan Naya.


Oleh  : Nur Hazizah

Kelas XII MA AL HUSNA 2022

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

*Living without parental love*

CAHAYA PONDOK

Makan Malam terakhir